Kamis, 10 Juli 2014

Review : MORTE

Aku mau me-review sebuah komik buatan seniman manga Indonesia berjudul Morte karya EKYU. Ini kedua kalinya aku baca manga Kak (?) EKYU dan sejauh ini aku cukup terpikat dengan cerita yang disuguhkannya.


Sinopsis:

Di anak tangga pertama, ada setangkai mawar kering
Di anak tangga kedua, ada boneka beruang yang kehilangan kepalanya
Di anak tangga ketiga, ada ceceran darah
Di anak tangga keempat, ada tangan yang menggenggam sepucuk surat cinta
Teruslah naik sampai ke puncaknya,
maka kamu akan menemukan sesuatu yang menakutkan


Desain sampul dan sinopsis milik komik ini bener-bener keren. Nuansa hitam yang kelihatan misterius dan gotik cukup menarik siapa pun yang suka dengan cerita-cerita berbumbu misteri semacam ini.

Cerita bermula saat kakak-beradik Eris dan Oriel karena sebuah alasan terpaksa pindah ke kampung (atau desa? Pokoknya di buku di tulis begitu) ke rumah bibi dan paman mereka. Oriel sangat menyayangi kakaknya, Eris, sedangkan Eris memiliki rasa “benci” yang cukup mendalam kepada adiknya yang sangat cantik, Oriel.

Oriel dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Bahkan saat orang tua mereka hendak bercerai, mereka memperebutkan hak asuh Oriel tanpa memikirkan Eris sekali pun. Kebenaran yang mengatakan bahwa Eris adalah anak hasil hubungan gelap membuatnya sejak kecil hidup tanpa kasih sayang.

Keduanya pindah ke sekolah yang ada di desa itu. Pada hari pertama, seorang cewek, teman satu kelas Eris mengatakan tentang sebuah rumah berhantu di daerah itu.

Lalu Eris berkenalan dengan seorang cowok (jujur aja aku nggak tau dia cowok apa cewek) bernama Reed, yang punya pemikiran logis. Reed tidak percaya dengan hantu atau makhluk halus. Ia sendiri memiliki hipotesis tersendiri mengenai rumah berhantu yang terkenal di daerah itu.

Secara kesuluran, cerita ini mungkin sebenarnya berpusat pada “Rumah berhantu itu”. Sinopsis komik ini pun diambil dari puisi yang dibuat-oleh-entah-siapa tentang rumah itu.


Di anak tangga pertama, ada setangkai mawar kering
Di anak tangga kedua, ada boneka beruang yang kehilangan kepalanya
Di anak tangga ketiga ada ceceran darah
Di anak tangga keempat, ada sepotong tangan yang menggenggam surat cinta
Di anak tangga kelima, ada sebuah liontin foto
Di anak tangga keenam, ada sepasang sepatu mungil
Di anak tangga ketujuh, ada seorang anak perempuan yang tertidur
Di anak tangga kedelapan, ada seekor kucing yang menggigit ekornya
Di anak tangga kesembilan, ada anak laki-laki yang mencari teman bermain
Di anak tangga keberapa kamu akan berhenti?


Sejujurnya, ide cerita di komik ini lumayan seru kalau bisa diolah dengan baik. Sayangnya, aku sendiri nggak paham, kenapa ceritanya kayak berjalan di “jalan yang nggak seharusnya”. Sejenis bacaan yang sebenarnya sudah jelas di mana duduk perkaranya, tapi malah berputar-putar dulu sebelum sampai di bagian yang “sebenarnya”.


Kepompong,
Kepompong, di mana ulatmu?
Kalau sudah tidur, tidurlah
Tidurlah terus
Jangan terbangun,
Jangan terbangun lagi! (Oriel)


“Begitu memasuki gerbang, aroma kegilaan seperti lumpur hitam pekat menyerbu otakku.
Rumah ini sudah gila!
Aku mencium aroma kematian kami dari sana.”


Di anak tangga pertama, ada setangkai mawar merah kesukaan mama
Di anak tangga kedua, Julia meninggalkan boneka kesayangannya
Di anak tangga keempat, ada surat cinta mama yang terjatuh dari sakunya
Di anak tangga keenam, Julia menyimpan sepatu mungilnya di dekat kakinya
Di anak tangga ketujuh, Si pengantuk, Julia, tertidur
Di anak tangga kedelapan, Paraffin menggigit ekornya sendiri
Di anak tangga kesembilan, aku bermain bersama teman
Berhentilah sampai di sana!

Karena di atasnya, tempat papa berdiri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar