Aku mau me-review sebuah
komik buatan seniman manga Indonesia berjudul Morte karya EKYU. Ini kedua
kalinya aku baca manga Kak (?) EKYU dan sejauh ini aku cukup terpikat dengan
cerita yang disuguhkannya.
Sinopsis:
Di
anak tangga pertama, ada setangkai mawar kering
Di
anak tangga kedua, ada boneka beruang yang kehilangan kepalanya
Di
anak tangga ketiga, ada ceceran darah
Di
anak tangga keempat, ada tangan yang menggenggam sepucuk surat cinta
Teruslah
naik sampai ke puncaknya,
maka
kamu akan menemukan sesuatu yang menakutkan
Desain sampul dan sinopsis
milik komik ini bener-bener keren. Nuansa hitam yang kelihatan misterius dan
gotik cukup menarik siapa pun yang suka dengan cerita-cerita berbumbu misteri
semacam ini.
Cerita bermula saat
kakak-beradik Eris dan Oriel karena sebuah alasan terpaksa pindah ke kampung
(atau desa? Pokoknya di buku di tulis begitu) ke rumah bibi dan paman mereka.
Oriel sangat menyayangi kakaknya, Eris, sedangkan Eris memiliki rasa “benci”
yang cukup mendalam kepada adiknya yang sangat cantik, Oriel.
Oriel dibesarkan dengan
penuh kasih sayang. Bahkan saat orang tua mereka hendak bercerai, mereka
memperebutkan hak asuh Oriel tanpa memikirkan Eris sekali pun. Kebenaran yang
mengatakan bahwa Eris adalah anak hasil hubungan gelap membuatnya sejak kecil
hidup tanpa kasih sayang.
Keduanya pindah ke sekolah
yang ada di desa itu. Pada hari pertama, seorang cewek, teman satu kelas Eris
mengatakan tentang sebuah rumah berhantu di daerah itu.
Lalu Eris berkenalan dengan
seorang cowok (jujur aja aku nggak tau dia cowok apa cewek) bernama Reed, yang
punya pemikiran logis. Reed tidak percaya dengan hantu atau makhluk halus. Ia
sendiri memiliki hipotesis tersendiri mengenai rumah berhantu yang terkenal di
daerah itu.
Secara kesuluran, cerita ini
mungkin sebenarnya berpusat pada “Rumah berhantu itu”. Sinopsis komik ini pun
diambil dari puisi yang dibuat-oleh-entah-siapa tentang rumah itu.
Di
anak tangga pertama, ada setangkai mawar kering
Di
anak tangga kedua, ada boneka beruang yang kehilangan kepalanya
Di
anak tangga ketiga ada ceceran darah
Di
anak tangga keempat, ada sepotong tangan yang menggenggam surat cinta
Di
anak tangga kelima, ada sebuah liontin foto
Di
anak tangga keenam, ada sepasang sepatu mungil
Di
anak tangga ketujuh, ada seorang anak perempuan yang tertidur
Di
anak tangga kedelapan, ada seekor kucing yang menggigit ekornya
Di
anak tangga kesembilan, ada anak laki-laki yang mencari teman bermain
Di
anak tangga keberapa kamu akan berhenti?
Sejujurnya, ide cerita di
komik ini lumayan seru kalau bisa diolah dengan baik. Sayangnya, aku sendiri
nggak paham, kenapa ceritanya kayak berjalan di “jalan yang nggak seharusnya”.
Sejenis bacaan yang sebenarnya sudah jelas di mana duduk perkaranya, tapi malah
berputar-putar dulu sebelum sampai di bagian yang “sebenarnya”.
Kepompong,
Kepompong,
di mana ulatmu?
Kalau
sudah tidur, tidurlah
Tidurlah
terus
Jangan
terbangun,
Jangan
terbangun lagi! (Oriel)
“Begitu
memasuki gerbang, aroma kegilaan seperti lumpur hitam pekat menyerbu otakku.
Rumah
ini sudah gila!
Aku
mencium aroma kematian kami dari sana.”
Di
anak tangga pertama, ada setangkai mawar merah kesukaan mama
Di
anak tangga kedua, Julia meninggalkan boneka kesayangannya
Di
anak tangga keempat, ada surat cinta mama yang terjatuh dari sakunya
Di
anak tangga keenam, Julia menyimpan sepatu mungilnya di dekat kakinya
Di
anak tangga ketujuh, Si pengantuk, Julia, tertidur
Di
anak tangga kedelapan, Paraffin menggigit ekornya sendiri
Di
anak tangga kesembilan, aku bermain bersama teman
Berhentilah
sampai di sana!
Karena
di atasnya, tempat papa berdiri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar